TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA

Para Doktor Baru FKIP UMM Kenalkan Gagasan Futuristik Lewat Konferensi Internasional Pengembangan Profesi Berkelanjutan

Avatar

 

Jatim Aktual, Dalam rangka memperingati Hari Pendidikan Nasional, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Malang (FKIP UMM) gelar Konferensi Internasional bertajuk the 2nd International Conference on Education, Teacher Training, and Professional Development (ICE-TPD). Dalam seminar yang diadakan secara luring dan daring ini pada Kamis (2/05/2024) ini, ratusan peneliti, pendidik profesional, pembuat kebijakan pendidikan, praktisi pendidikan, dan mahasiswa berkumpul untuk berbagi pengalaman, pengetahuan, dan inovasi dalam tema “Transforming Education through Continuous Professional Teacher Development to Attain SDG’s”.

Dekan FKIP UMM, Prof. Dr. Trisakti Handayani, MM, dalam sambutannya mengatakan, konferensi internasional ini secara khusus bertujuan untuk berbagi pengalaman tentang isu-isu pendidikan mutrakhir, khususnya tantangan, teori, dan praktik terbaik dalam meningkatkan kualitas guru. Hal ini merupakan wujud komitmen FKIP UMM untuk berkontribusi terhadap perkembangan ilmu pendidikan dan mencetak guru profesional.

“FKIP UMM telah berkomitmen untuk terus-menerus membina dan mengembangkan pengetahuan, serta menghasilkan guru profesional masa depan. Dan ICE-TPD ini adalah salah satu bentuk bagaimana FKIP UMM memfasilitasi gagasan seputar pendidikan dan peningkatan kualitas profesionalisme guru dalam konteks regional, nasional, dan internasional,” pungkasnya.

Lebih lanjut, Prof. Ahsanul Inam, Ph.D, Wakil Rektor I UMM, dalam sambutan sekaligus pembukaan acara mengungkapkan, selain menjadi medium silaturahmi akademik, konferensi internasional ini juga merupakan bentuk apresiasi atas prestasi delapan dosen FKIP UMM yang telah berhasil meraih gelar doktor. Kedelapan dosen tersebut yaitu Dr. Nur Widodo, M.Kes (Prodi Pendidikan Biologi), Dr. Agung Deddiliawan Ismail, M. Pd (Prodi Pendidikan Matematika), Dr. Dyah Worowirasti Ekawati, M.Pd (Prodi PGSD), Dr. Husamah, M.Pd (Prodi Pendidikan Biologi), Dr. Erna Yayuk, M.Pd (Prodi PGSD), Dr. Rina Wahyu Setya Ningrum, M.A (Prodi Pendidikan Bahasa Inggris), Dr. Alfiani Athma Putri Rosyadi, M.Pd (Prodi Pendidikan Matematika), dan Dr. Beti Istanti Suwandayani, M.Pd (Prodi PGSD).

Prof. In’am pun berpesan agar para doktor melaksanakan tridarma perguruan tinggi dengan berbasis pada pendidikan di era digital. “Dalam pendidikan di era digital ini, ada tiga aspek yang harus diperhatikan yaitu Internet of Things, Artificial Intelligence, dan Big Data. Ketiganya hendaknya menjadi basis ketika kita mengembangkan pembelajaran dan riset sehingga akan menghasilkan karya yang baik. Karena itu, untuk delapan Doktor baru, saya sangat berharap dapat mengembangkan pembelajaran dan meningkatkan kualitas penelitian yang berbasis digital,” tandasnya.

Untuk membedah tema yang diangkat, FKIP UMM menghadirkan dua pembicara utama yaitu Asoc. Prof. Dr. Saifon Songsiengchai dari Rajamangala of Technology Krungthep University, Thailand dan Audrey Nicole Loyer Carlson dari Graduate Teaching Assistant, Department of Teaching and Learning, Washington State University, Amerika Serikat. Tak hanya itu, delapan doktor baru FKIP juga turut hadir menjadi pembicara undangan.
Mengawali paparannya yang berjudul “Literacy Development: Foundations and Beyond”, Audrey Nicole Loyer Carlson menegaskan bahwa literasi adalah keterampilan dasar yang sangat penting dalam pembelajaran sepanjang hayat dan merupakan hak dasar manusia. Ia pun menjelaskan bahwa literasi dapat digunakan untuk mendukung pemerolehan bahasa kedua untuk mencapai kompetensi biliterasi. “Biliterasi adalah keterampilan untuk membaca dan menulis dalam dua bahasa dengan lancar. Dua pendekatan yang dapat diterapkan dalam hal ini adalah Common Underlying Proficiency Model dan Translanguaging,” jelasnya.

Untuk meningkatkan kompetensi literasi dan biliterasi, tambahnya, penting untuk menciptakan lingkungan yang mendukung. Beberapa hal yang dapat diterapkan yaitu mengimplementasikan membaca nyaring setiap hari dengan mengintegrasikannya dengan pembelajaran, melakukan pemodelan membaca lancar, menciptakan lingkungan kaya teks di sekitar kelas, dan mendorong siswa menggunakan bahasa secara aktif dalam komunikasi. “Kita juga perlu memberikan kesempatan kepada siswa untuk membaca senyap dan membuka kesempatan seluas-luasnya kepada siswa untuk memilih bahan bacaan mereka sendiri,” terangnya.

Selanjutnya, Asoc. Prof. Dr. Saifon Songsiengchai memperkenalkan gagasan menarik tentang “SAIFON Guidelines” untuk pengembangan profesi guru prajabatan. Menurutnya, calon guru memerlukan pelatihan dengan metode yang memadai untuk mengembangkan kompetensi pedagoginya dalam rangka menjamin kualitas mereka. “Hal ini tidak hanya penting, tetapi juga mendesak untuk dilakukan karena berdampak pada hasil belajar siswa dan kualitas pendidikan secara keseluruhan,” ungkapnya.

SAIFON Guideline mencakup enam tahapan dalam rangka meningkatkan keterampilan mengajar calon guru Bahasa Inggris, yaitu survei kebutuhan guru, mengasosiasikan rencana pembelajaran dengan hasil survei, menginstruksikan strategi pengajaran, memberikan umpan balik pada praktik pembelajaran, mengobservasi praktik pembelajaran, dan menyampaikan masalah beserta solusinya. Yang pertama dan utama dalam penerapan SAIFON Guidelines dalam rangka mencapai SDGs, tambah Saifon, adalah memperhatikan konten SDGs. “Calon guru perlu memahami apa saja konten SDGs dan alasan mengapa guru perlu meningkatkan kesadaran siswa terhadap SDGs. Dengan begitu, guru dapat menerapkan SDGs dalam pembelajaran melalui pembelajaran aktif,” tegasnya.

Acara kemudian dilanjutkan dengan paparan dari delapan doktor baru FKIP UMM yang terbagi dalam dua sesi paralel. Masing-masing doktor mempresentasikan berbagai topik yang linier dengan bidang keahlian yang digeluti. Sebut saja, Dr. Nur Widodo, M.Kes yang membahas tentang model EMCONTAN model untuk mengembangkan keterampilan literasi lingkungan, berpikir kreatif, dan kolaborasi; Dr. Agung Deddiliawan Ismail, M. Pd yang membahas tentang Computational Thinking, Dr. Dyah Worowirasti Ekawati, M.Pd yang membahas tentang kemampuan siswa SD dalam menyelesaikan masalah dua dimensi; Dr. Husamah, M.Pd yang membahas tentang sustainability competence, Dr. Erna Yayuk, M.Pd yang membahas tentang, Dr. Rina Wahyu Setya Ningrum, M.A yang membahas tentang translation, translanguaging, dan trans-semiotizing; Dr. Alfiani Athma Putri Rosyadi, M.Pd yang membahas tentang HOTs; dan Dr. Beti Istanti Suwandayani, M.Pd yang membahas tentang media pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar.

Para peserta sangat antusias mengikuti gelaran ini, terlihat dari keaktivan para peserta dalam sesi tanya jawab. Pada akhirnya, konferensi ini diharapkan tidak hanya memberikan wawasan baru bagi para peserta, tetapi juga melahirkan berbagai kolaborasi yang kontributif terhadap transformasi pendidikan untuk pendidikan berkelanjutan (fkipumm-fida)

Penulis: KiranaEditor: Redaksi