Jatim Aktual, Internasional – Empat perguruan pencak silat besar Indonesia di Korea Selatan sepakat membentuk Paguyuban Perguruan Pencak Silat Indonesia Korea Selatan. Kesepakatan ini diresmikan dalam acara yang difasilitasi Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di Seoul, Sabtu (27/9/2025).
Momentum bersejarah ini mempertemukan empat perguruan besar yaitu Persaudaraan Setia Hati Terate (PSHT), IKS.PI Kera Sakti, Persaudaraan Setia Hati Winongo (PSHW), dan Pagar Nusa (PSNU) dalam satu wadah bersama. Mereka sebelumnya berjalan sendiri-sendiri, namun kini sepakat bersatu demi melestarikan budaya bangsa.
Kegiatan di KBRI Seoul itu dihadiri ketua cabang, wakil ketua, dan pengurus inti dari masing-masing perguruan. Setiap perguruan hanya diperkenankan mengirim tiga orang perwakilan, sesuai aturan panitia. Kehadiran mereka menegaskan komitmen untuk menjaga kerukunan dan persaudaraan di rantau.
ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT
Duta Besar Republik Indonesia untuk Korea Selatan, Cecep Herawan, dalam sambutan singkatnya menekankan pentingnya wadah paguyuban ini. “Kita ingin ada wadah bersama untuk melestarikan budaya pencak silat Indonesia, saling guyub, rukun, dan semoga pencak silat ini bisa diminati juga oleh orang pribumi,” ujarnya.
Selain para pengurus perguruan di Korea Selatan, KBRI juga menghadirkan Ketua Umum PSHT Pusat Madiun, Murjoko, sebagai tamu kehormatan. Kehadiran Murjoko menambah bobot acara dan memperlihatkan dukungan langsung dari pusat organisasi pencak silat di Indonesia.
Dalam pernyataan bersama yang ditandatangani, keempat perguruan sepakat untuk menjaga keamanan, ketertiban, serta kerukunan antaranggota. Mereka juga berkomitmen menjalankan nilai-nilai luhur pencak silat: kejujuran, keberanian, dan persaudaraan.
Murjoko dalam sambutannya menegaskan bahwa pembentukan paguyuban juga berkaitan dengan visi besar pencak silat menuju Olimpiade. “Ketua IPSI Pak Prabowo sudah menyampaikan keinginan agar pencak silat bisa masuk Olimpiade. Syaratnya, harus ada atlet pribumi di beberapa negara. Karena itu, dibentuklah paguyuban di berbagai negara supaya pencak silat bisa dilestarikan warga lokal dan nantinya mewakili negaranya sendiri,” jelasnya.
Menurut Murjoko, langkah ini tidak hanya mempererat persaudaraan sesama warga Indonesia di rantau, tetapi juga membuka peluang besar bagi orang Korea Selatan untuk mengenal lebih dekat warisan budaya Indonesia. Jika semakin banyak orang asing menekuni pencak silat, peluang masuk Olimpiade semakin terbuka lebar.
Direktur Perlindungan WNI Kementerian Luar Negeri, Judha Nugraha, yang turut menyaksikan acara, menyampaikan apresiasinya. Menurutnya, inisiatif ini sejalan dengan misi pemerintah menjaga persatuan diaspora Indonesia sekaligus memperkenalkan budaya ke dunia.
Pembentukan paguyuban ini juga diharapkan mampu mengurangi potensi gesekan antarperguruan yang kerap terjadi di tanah air. Sebaliknya, di luar negeri, pencak silat tampil sebagai sarana pemersatu, perekat persaudaraan, dan duta budaya bangsa.
KBRI Seoul berkomitmen terus mendukung langkah-langkah positif serupa, baik dalam ranah seni budaya maupun penguatan komunitas diaspora. “Silat bukan hanya warisan, tetapi identitas bangsa yang harus dijaga bersama,” tegas Dubes Cecep.
Dengan terbentuknya paguyuban ini, empat perguruan silat Indonesia di Korea Selatan resmi mengibarkan semangat baru. Mereka tidak hanya menjaga tradisi leluhur, tetapi juga membawa misi besar: mengharumkan nama Indonesia sekaligus menyiapkan jalan bagi pencak silat menuju panggung Olimpiade dunia.