Oleh: Abdul Halim (Ketua BEM Fakultas Tarbiyah Universitas Ibrahimy)
Jatim Aktual, Essai. Pergantian kepemimpinan dalam sebuah perguruan tinggi bukan sekadar peristiwa administratif, melainkan momentum strategis yang akan menentukan arah perkembangan kampus di masa mendatang. Universitas Ibrahimy, dengan sejarah panjangnya sebagai Kampus Pahlawan Santri, kini memasuki babak baru.
Di tingkat universitas, estafet kepemimpinan periode 2024–2029 diamanahkan kepada Dr. H. Khairul Anwar, M.HI. selaku Rektor Universitas Ibrahimy. Beliau akan didampingi oleh tiga Wakil Rektor, yakni Mohamat Hadori, S.Ag., M.A. sebagai Wakil Rektor I, Ny. Hj. Djuwafiyah, M.Pd., Ph.D. sebagai Wakil Rektor II, serta K.H. Ach. Fadlalil, S.H., M.H. sebagai Wakil Rektor III.
ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT
Sementara itu, di Fakultas Tarbiyah, kepemimpinan periode 2025–2030 diamanahkan kepada Junaidi, S.Pd.I., M.Pd. sebagai Dekan. Ia akan didampingi oleh Dr. H. Akhsan, S.Ag., M.Pd. sebagai Wakil Dekan I dan Dr. H. Hasan Ruzakki, S.Pd.I., M.Pd. sebagai Wakil Dekan II. Kehadiran jajaran pimpinan baru ini memberi warna segar dalam perjalanan akademik Fakultas Tarbiyah sebagai salah satu jantung pendidikan di Universitas Ibrahimy.
Transformasi kepemimpinan ini membawa harapan besar. Pertama, hadirnya figur-figur akademisi sekaligus praktisi pendidikan Islam di pucuk pimpinan memberi sinyal kuat bahwa Universitas Ibrahimy akan terus menjaga tradisi keilmuan santri sekaligus adaptif terhadap tantangan global. Kedua, kolaborasi antara universitas dan fakultas diharapkan mampu melahirkan inovasi akademik, riset, serta penguatan mutu pendidikan yang tidak hanya relevan secara lokal, tetapi juga kompetitif di tingkat nasional dan internasional.
Namun, tantangan tentu tidak ringan. Dunia pendidikan tinggi kini dihadapkan pada disrupsi teknologi, dinamika sosial, serta kebutuhan akan lulusan yang bukan hanya cerdas secara intelektual, tetapi juga berkarakter. Di sinilah kepemimpinan baru diuji: mampukah mereka menghadirkan kebijakan yang progresif tanpa tercerabut dari akar tradisi pesantren yang telah lama menjadi identitas Universitas Ibrahimy?
Transformasi kepemimpinan ini juga patut dimaknai sebagai peluang untuk memperkuat sinergi antara kampus dan masyarakat. Universitas Ibrahimy tidak hanya berperan sebagai lembaga akademik, tetapi juga sebagai pusat peradaban yang berakar pada pesantren. Oleh sebab itu, kebijakan-kebijakan strategis ke depan seyogianya mampu menjembatani kebutuhan akademik dengan realitas sosial masyarakat, khususnya di Situbondo dan kawasan Tapal Kuda.
Selain itu, kepemimpinan baru diharapkan dapat memperkuat internasionalisasi kampus. Dunia global saat ini menuntut perguruan tinggi tidak hanya menghasilkan lulusan yang unggul di tingkat lokal, tetapi juga mampu berkiprah di level internasional. Universitas Ibrahimy sebagai Kampus Pahlawan Santri memiliki modal besar berupa jaringan pesantren dan alumni yang tersebar luas. Jika dikelola dengan visi global, potensi ini dapat mengangkat marwah kampus ke kancah dunia.
Akhirnya, perubahan ini menjadi pengingat bahwa kepemimpinan adalah amanah yang tidak ringan. Semua pihak—baik pimpinan, dosen, mahasiswa, maupun alumni—memiliki tanggung jawab kolektif untuk mengawal arah baru Universitas Ibrahimy. Hanya dengan kebersamaan dan kerja nyata, cita-cita menjadikan Universitas Ibrahimy sebagai mercusuar ilmu, iman, dan amal di era modern dapat benar-benar terwujud.
Saya meyakini, dengan niat yang tulus, komitmen kolektif, dan doa masyarakat pesantren, transformasi kepemimpinan ini akan menjadi pintu lahirnya generasi ulama-intelektual yang mampu menjawab tantangan zaman sekaligus menjaga nilai-nilai Islam dan kebangsaan. Universitas Ibrahimy sebagai Kampus Pahlawan Santri tidak boleh hanya menjadi saksi sejarah, tetapi harus terus menjadi pelaku sejarah peradaban keilmuan.