Jatim Aktual, Pamekasan – Polemik rokok ilegal kembali menyeruak di Madura. Kali ini, merek Papi Mami yang tengah ramai beredar di pasaran diduga kuat diproduksi secara masif di Desa Toronan, Kabupaten Pamekasan.
Berdasarkan hasil investigasi jatimaktual.com, menemukan indikasi aktivitas produksi di balik sejumlah gudang tertutup yang disebut-sebut tak tersentuh aparat.
Dari penelusuran di lapangan, rokok dengan dua varian kemasan, ungu dan kuning, dijajakan luas melalui jalur distribusi tradisional hingga warung eceran. Harga yang jauh di bawah produk resmi membuatnya cepat diserap pasar, meski tidak memiliki pita cukai.
ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT
Seorang pedagang mengaku hampir setiap pekan mendapat tawaran stok baru. “Selalu ada suplai masuk, kadang dalam jumlah banyak. Katanya dari Toronan,” ujar pedagang itu, enggan namanya dipublikasikan.
Namun yang lebih mengejutkan, sejumlah sumber menyebut keberadaan sosok berpengaruh yang diduga mengendalikan usaha ini. Figur lokal tersebut dikenal dekat dengan lingkaran masyarakat pesantren sekaligus memiliki jaringan luas. Situasi ini membuat aparat terkesan hati-hati, bahkan cenderung pasif.
Aktivis muda Pamekasan, Mahbub, menilai praktik semacam ini tidak bisa dibiarkan.
“Kalau benar ada keterlibatan tokoh lokal, ini bukan lagi sekadar pelanggaran cukai, tapi indikasi sistem perlindungan. Aparat harus berani menembus tembok pengaruh sosial, kalau tidak, Gempur Rokok Ilegal hanya jadi jargon kosong,” tegasnya.
Mahbub menambahkan, ketidakseriusan penindakan akan berimbas pada tiga hal: kerugian negara dari sektor cukai, dampak kesehatan masyarakat akibat produk tanpa standar, dan hilangnya wibawa hukum di mata publik.
Ironisnya, hingga kini Bea Cukai Madura belum memberikan klarifikasi resmi. Padahal, setiap tahun anggaran besar digelontorkan untuk program sosialisasi gempur rokok ilegal, namun fakta di lapangan justru menunjukkan kemunculan merek-merek baru.
Seorang warga Toronan mengungkapkan dengan nada sinis:
“Spanduk gempur rokok ilegal ada di mana-mana, tapi gudang produksi jalan terus. Kalau begini, lama-lama masyarakat bisa menganggap hukum hanya pajangan.”
Kasus rokok Papi Mami ini semakin mempertegas dilema Madura: antara kepentingan ekonomi ilegal yang menggiurkan dan penegakan hukum yang seolah tumpul. Publik kini menunggu, apakah aparat benar-benar berani menguak siapa di balik bisnis ini, atau justru membiarkannya menjadi rahasia umum yang tak pernah tersentuh.