Ruang Gelap Demokrasi di Tubuh PMII Banyuwangi

Gmnstiar R.

Selasa, 4 November 2025 - 00:00

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Oleh: Kader PMII Banyuwangi

Jatim Aktual, Banyuwangi Di sebuah media sosial Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) cabang Banyuwangi postingan itu datang tiba-tiba:Penutupan Calon Ketua PC ditutup Pukul 17.00.” Padahal, dalam flyer resmi panitia yang beredar beberapa hari sebelumnya, tertulis jelas bahwa masa pendaftaran berlangsung sampai 3 November 2025—tanpa keterangan waktu. Anehnya lagi postingan tersebut diposting kurang lebih sekitar jam 20.00 Wib 3 November 2025.

“Bagaimana bisa? Belum juga 23.59, tiba-tiba dinyatakan ditutup,” ujar Fahmi, salah satu kader yang mengaku tengah menyiapkan berkas pencalonan ketika pengumuman itu muncul. Ia merasa kecolongan. “Seolah sudah diskenariokan sejak awal.”

ADVERTISEMENT

ads

SCROLL TO RESUME CONTENT

Ketertutupan Dalam Organisasi Yang Mengaku Terbuka

Namun, kejanggalan tidak berhenti pada jadwal penutupan. Fahmi, salah satu kader yang hendak mendaftar sebagai calon ketua, datang ke lokasi pendaftaran sekitar pukul 16.00 WIB—sesuai jadwal yang ia pahami dari flyer resmi panitia. Tapi yang ia temui bukanlah meja pendaftaran atau panitia yang siap menerima berkas, melainkan ruangan kosong.

BACA JUGA :  Drs. KH. Abah Imam Barmawi Burhan: Ruh Guru Lebih Penting daripada Buku, PPL adalah Amanat Langit

Ia menunggu. Lima belas menit berlalu, lalu setengah jam, hingga waktu menunjuk pukul 17.00 lewat, barulah beberapa panitia datang ke lokasi. Namun alih-alih menerima berkasnya, mereka justru menyatakan bahwa pendaftaran telah ditutup.

Peristiwa itu menimbulkan tanda tanya di kalangan kader lain. Mereka menilai, cara panitia menutup pendaftaran secara tiba-tiba tanpa pemberitahuan waktu yang jelas mencerminkan minimnya transparansi dan profesionalitas dalam proses organisasi.

Dari Ruang Belajar ke Ruang Politik Tertutup

Dalam teorinya, organisasi mahasiswa seperti PMII bukan sekadar wadah berkumpul, tetapi juga laboratorium sosial tempat kader belajar tentang keterbukaan, tanggung jawab, dan partisipasi. Tapi dalam praktiknya, banyak cabang terjebak dalam pola patronase dan politik internal yang kerap menyerupai organisasi politik dewasa.

BACA JUGA :  TNI-POLRI Bersinergi Kawal Kelancaran Pawai Akbar PP Salsama Kedungdung

Menurut teori komunikasi organisasi, struktur yang tertutup menciptakan asymmetric information—ketidakseimbangan informasi antara pengurus dan anggota. “Begitu ruang komunikasi disempitkan, yang lahir bukan lagi kader kritis, tapi kader pragmatis,” ujar Fani, ketua Kopri PC PMII Banyuwangi

Fenomena ini memperlihatkan kontradiksi yang tajam: organisasi yang mengusung nilai transformatif justru terjebak dalam praktik transaksional. Pendaftaran ketua yang mestinya menjadi momentum pembelajaran demokrasi berubah menjadi arena kecil penuh intrik.

Demokrasi Yang Dikebiri

Salah satu kader, menyebut fenomena ini sebagai “gejala klasik organisasi mapan.” Dalam setiap organisasi mahasiswa, kata dia, selalu muncul tarik-menarik antara nilai pendidikan dan kepentingan politik. “Ketika yang menang adalah kepentingan, maka demokrasi internal dikorbankan,” ujarnya.

Menurutnya, keputusan panitia yang menutup pendaftaran secara mendadak mencerminkan defisit transparansi. Dalam teori akuntabilitas organisasi, setiap perubahan kebijakan yang berdampak pada hak anggota—termasuk hak mendaftar—harus dikomunikasikan secara terbuka dan terdokumentasi.

BACA JUGA :  Dua Emas Sekaligus, IKS.PI Kera Sakti Salatiga Ukir Prestasi di Dua Kejuaraan Berbeda

“Begitu aturan berubah mendadak tanpa dasar tertulis, maka legitimasi prosesnya runtuh,” ujar kader tersebut.

Akhir Yang Belum Selesai

Sampai berita ini ditulis, panitia pendaftaran belum memberikan keterangan resmi terkait alasan penutupan mendadak itu. Sebagian anggota cabang mendesak agar proses dibuka kembali atau minimal dijelaskan secara transparan. Namun di ruang-ruang obrolan kader, nada pesimistis mulai terdengar. “Mungkin memang sudah diatur begitu,” ujar seorang kader senior lirih.

Di atas kertas, PMII adalah organisasi kaderisasi yang menjunjung nilai-nilai keilmuan dan kebebasan berpikir. Tapi di lapangan, pendaftarannya yang tertutup justru menjadi simbol ruang gelap demokrasi yang terus berulang.

Follow WhatsApp Channel jatimaktual.com untuk update berita terbaru setiap hari Follow

Berita Terkait

Usai Laporkan Dugaan Mark Up Simrs di RS Tipe C Banten ke Kejagung, Komrade Pastikan akan Kawal dengan Demonstrasi
Ada Indikasi Eks Bupati Lebak Mulyadi Jayabaya Dibalik Penyerobotan Tanah Warga Jayasari
Syafrudin Budiman: Demokrasi dan Kebebasan Berpendapat di Satu Tahun Prabowo-Gibran Tumbuh Sehat
Buronan Korupsi Rp2,3 Miliar Ditangkap di Kafe: Akhir Pelarian Eks Wakil Ketua DPRD Babel
Syafrudin Budiman: Demokrasi dan Kebebasan Berpendapat di 1 Tahun Prabowo-Gibran Tumbuh Sehat
Kajian dan Analisa Hukum Penggunaan SKTM Dalam Pusaran Tindak Pidana Korupsi di RS Iskak Tulungagung
KCB Minta Intruksi Khusus Kejagung Dalam Penuntasan Korupsi Rusunawa Di Sidoarjo
Di Hadapan Jurnalis, Bupati Khalilurrahman Ungkap Ajaran Rasulullah yang Ia Pegang Teguh

Berita Terkait

Jumat, 14 November 2025 - 16:35

Usai Laporkan Dugaan Mark Up Simrs di RS Tipe C Banten ke Kejagung, Komrade Pastikan akan Kawal dengan Demonstrasi

Jumat, 14 November 2025 - 09:41

Ada Indikasi Eks Bupati Lebak Mulyadi Jayabaya Dibalik Penyerobotan Tanah Warga Jayasari

Kamis, 13 November 2025 - 17:47

Syafrudin Budiman: Demokrasi dan Kebebasan Berpendapat di Satu Tahun Prabowo-Gibran Tumbuh Sehat

Kamis, 13 November 2025 - 17:34

Buronan Korupsi Rp2,3 Miliar Ditangkap di Kafe: Akhir Pelarian Eks Wakil Ketua DPRD Babel

Kamis, 13 November 2025 - 16:43

Syafrudin Budiman: Demokrasi dan Kebebasan Berpendapat di 1 Tahun Prabowo-Gibran Tumbuh Sehat

Berita Terbaru