Jatimaktual.com, Jakarta – Eko Patrio dan Uya Kuya mungkin mengira rakyat ini tontonan.
Dengan bangga mereka bikin parodi “DJ sound horeg” seakan-akan kritik rakyat cuma bahan ketawaan.
Bedanya, Eko sudah kebakaran jenggot lalu buru-buru minta maaf.
Tapi apa gunanya ?
Rakyat menolak mentah-mentah !
Karena bukan sekadar soal mulutmu yang kurang ajar, tapi soal perut rakyat yang lapar sementara kantongmu kembung penuh uang negara.
Dan lucunya, yang kalian jadikan lelucon itu hanya tunjangan rumah Rp 3 juta per hari.
Padahal itu cuma recehan di antara gelontoran miliaran: gaji dan tunjangan tetap Rp 157 juta per bulan, SPPD Rp 138 juta per bulan, dana reses Rp 1,7 miliar per tahun, studi banding ke luar negeri Rp 380 juta per tahun, dan dana sosialisasi 4 pilar MPR Rp 930 juta per tahun. Jika ditotal, hampir Rp 1 miliar per bulan mengalir masuk ke kantong kalian.
Jadi jangan pura-pura polos.
Anak kecil pun tahu, dulu kalian mengemis-ngemis suara rakyat hanya demi bisa menadah uang rakyat, bukan untuk membela rakyat.
Dan sekarang, setelah kenyang dengan uang miliaran, kalian menertawakan orang-orang yang memilihmu.
Itu bukan sekadar tidak tahu diri, itu penghinaan telanjang.
Maka jangan berharap kata “maaf” bisa menambal luka yang kalian sobek sendiri. Bagi rakyat, permintaan maafmu tak ubahnya sampah busuk : dilempar balik ke mukamu, ditolak mentah-mentah..
ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT
~ Itta R Hasibuan mantan aktivis 66