Benarkah Dunia Sedang Diujung Tanduk ?

Rifky Gimnastiar

Minggu, 22 Juni 2025 - 15:51

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Oleh: M. Andrey Maulana (Founder Rumah Pintar Kabupaten Bondowoso)

Jatim Aktual, Karya Tulis, Saat kita sibuk dengan rutinitas harian, dunia di luar sana tidak pernah berhenti berputar, dan terkadang, ia berputar ke arah yang tidak pernah kita duga.

Jangan lupa ambil kopinya seruput pelan-pelan aku akan membawamu melintasi tiga medan pertempuran informasi global yang sedang hangat-hangatnya terjadi pada pertengahan tahun 2025 ini. Ini bukan sekadar informasi, tapi ini adalah kepingan puzzle yang akan membentuk masa depan kita. Siap untuk lanjut?”

ADVERTISEMENT

ads

SCROLL TO RESUME CONTENT

Mari mulai, kita sorot dari medan perang ekonomi. Lupakan tank dan rudal, senjata terbaru adalah kode digital. Pada kuartal kedua 2025, China secara agresif memperluas penggunaan Yuan Digital (e-CNY) dalam kesepakatan dagang bilateral dengan beberapa negara kunci di Afrika dan, yang paling mengejutkan, sebuah negara anggota Uni Eropa.

Ini bukan lagi sekadar uji coba. Ini adalah langkah strategis untuk menantang dominasi Dolar AS yang sudah berlangsung puluhan tahun. Analis dari Forum Ekonomi Dunia (WEF) dalam laporan terbaru mereka bulan Mei 2025 menyebut ini sebagai ‘The Great Digital Currency Divide’.

BACA JUGA :  SMC Kopri Komisariat Universitas Nurul Jadid, Dr. Ainul Yakin: Lebih Penting Dari Pada hanya Sekadar Absen Kuliah

Implikasinya? Sebuah sistem keuangan global dua kutub bisa tercipta, memaksa negara-negara lain untuk memilih: ikut dalam ekosistem Dolar yang mapan, atau ekosistem Yuan Digital yang menawarkan efisiensi namun dengan tanda tanya besar terkait privasi dan kontrol data oleh negara.

Beralih ke medan perang yang lebih hangat, secara harfiah. Para ilmuwan dari World Meteorological Organization (WMO) baru saja merilis data yang mengkhawatirkan. Musim panas Belahan Bumi Utara tahun 2025 tercatat sebagai yang terpanas dalam sejarah modern, memecahkan rekor yang baru saja dibuat tahun lalu.

Namun, yang paling menjadi sorotan adalah laporan dari jurnal ilmiah Nature Geoscience. Studi kolaboratif internasional menemukan bahwa pencairan lapisan es permanen (permafrost) di Siberia melepaskan gas metana yang itu adalah gas rumah kaca yang puluhan kali lebih kuat dari CO2 dengan laju yang 30% lebih cepat dari prediksi model terburuk sekalipun.

Fenomena yang disebut ‘Methane Feedback Loop’ ini dikhawatirkan dapat menjadi titik kritis (tipping point) yang tidak bisa kita putar kembali. Ini bukan lagi soal masa depan anak cucu kita, ini adalah peringatan darurat untuk generasi kita saat ini.

BACA JUGA :  Membiasakan Diri dengan Memaafkan

Dan terakhir, di medan perang kecerdasan buatan. Setelah negosiasi alot selama hampir dua tahun, PBB akhirnya mengesahkan kerangka kerja regulasi AI global pertama yang dikenal sebagai ‘The Global AI Safety Framework’. Tujuannya mulia: melarang penggunaan AI otonom dalam sistem persenjataan (lethal autonomous weapons) dan menetapkan standar transparansi untuk model AI generatif guna melawan disinformasi.

Namun, di sinilah persoalannya. Beberapa negara adidaya dengan pengembangan AI terdepan menolak meratifikasi sebagian klausul penting, dengan alasan kedaulatan nasional dan keamanan. Akibatnya, dunia terbelah. Di satu sisi, ada blok negara yang berkomitmen pada AI yang etis dan terkontrol. Di sisi lain, ada blok yang terus melaju tanpa batas, menciptakan perlombaan senjata AI yang sunyi namun sangat berbahaya. Pakar dari Oxford Internet Institute menyebut ini sebagai ‘Fragmentasi Etika AI’, di mana moralitas pengembangan teknologi kini bergantung pada geografi.

BACA JUGA :  Lewat Jalur Dalam, Skill Dibuang

Alih-alih berbicara Ekonomi digital, krisis iklim, dan kecerdasan buatan. Tiga kekuatan raksasa yang sedang membentuk ulang dunia kita di depan mata. Benang merahnya jelas: kita berada di persimpangan jalan global yang genting, di mana setiap keputusan memiliki dampak berantai yang masif.

Sekarang giliranmu. Menurutmu, dari ketiga berita besar ini, mana yang paling akan berdampak pada kehidupanmu dan Indonesia? Tuliskan analisamu di kolom komentar.

Sumber di layar:

* Laporan Proyeksi Ekonomi Global, International Monetary Fund (IMF), April 2025.

* White Paper “The Great Digital Currency Divide”, World Economic Forum, Mei 2025.

* WMO Provisional State of the Global Climate Report, Juni 2025.

* Studi “Accelerated Methane Release from thawing Siberian Permafrost”, Nature Geoscience, Vol. 18, Issue 6, Juni 2025.

* Resolusi Majelis Umum PBB A/RES/79/XXX – “The Global AI Safety Framework”, Juni 2025.

* Artikel Analisis “The AI Ethics Fragmentation”, The Guardian / Reuters, Juni 2025.

Penulis : M. Andrey Maulana

Follow WhatsApp Channel jatimaktual.com untuk update berita terbaru setiap hari Follow

Berita Terkait

Ketua Rumah Baca Bondowoso: Bonus Demografi, Tantangan dan Harapan dari Founder Riski Yanto
Membaca Ayat-Ayat Kiri: Che Guevara dan Revolusi Kesadaran Sosial
Wahabi Lingkungan dan Keberpihakan PBNU kepada Tambang
Haji: Perjalanan Dari Tanah Suci Hingga Transformasi Sosial
Kepemimpinan di Era Digital: Antara Kamera, Kinerja, dan Kritik Publik
KH. Zaini Mun’im, Kesadaran Berorganisasi: Tugas Mahasiswa Nurul Jadid untuk Memperjuangkan Masa Depan Masyarakat
Rifky Gimnastiar: Mencintai Rahim, Menjemput Rahman
Kepemimpinan dalam Pergolakan: Antara Nilai dan Jabatan

Berita Terkait

Sabtu, 5 Juli 2025 - 18:23

Ketua Rumah Baca Bondowoso: Bonus Demografi, Tantangan dan Harapan dari Founder Riski Yanto

Selasa, 24 Juni 2025 - 18:55

Membaca Ayat-Ayat Kiri: Che Guevara dan Revolusi Kesadaran Sosial

Minggu, 22 Juni 2025 - 15:51

Benarkah Dunia Sedang Diujung Tanduk ?

Senin, 16 Juni 2025 - 20:55

Wahabi Lingkungan dan Keberpihakan PBNU kepada Tambang

Sabtu, 14 Juni 2025 - 12:11

Haji: Perjalanan Dari Tanah Suci Hingga Transformasi Sosial

Berita Terbaru