Jatim Aktual, Jakarta — Asap mengepul dari ban-ban bekas yang terbakar, memekakkan telinga jalanan Bulungan dengan suara toa dan teriakan lantang. Di tengah kemacetan yang mendera kawasan tersebut, suara-suara mahasiswa dari Komite Mahasiswa Indonesia (KMI) menggema dengan satu tuntutan: periksa Direktur Utama PT Pupuk Indonesia, Rahmad Pribadi.
Aksi demonstrasi ini berlangsung di depan Kejaksaan Agung RI, sebagai bentuk protes atas lambannya penanganan dugaan korupsi di tubuh PT Pupuk Indonesia yang dinilai berdampak langsung pada penderitaan petani di seluruh penjuru negeri.
“Assalamualaikum Pak Burhanuddin, kami datang kembali menepati janji. Jika Rahmad Pribadi tak segera dipanggil, kami akan terus aksi. Usut tuntas dugaan korupsi di PT Pupuk Indonesia,” seru Safruddin, koordinator aksi KMI dari atas mobil komando.
ADVERTISEMENT
![]()
SCROLL TO RESUME CONTENT
Blokade jalan dan pembakaran ban mengakibatkan arus lalu lintas macet total. Banyak pengendara terpaksa putar arah, tak sedikit pula yang mengeluh. Namun bagi para demonstran, macet adalah simbol ketimpangan yang selama ini tak terlihat.
“Orang Jakarta mungkin hanya mengeluh soal macet hari ini. Tapi macet ini tidak ada apa-apanya dibandingkan hidup petani yang macet karena pupuk langka dan mahal,” tegas Safruddin. “Asap ini adalah sinyal kami, agar pemerintah dan Kejagung mencium bau busuk dari ketidakadilan penegakan hukum.”
Demonstrasi ini bukan sekadar unjuk rasa biasa. Ada kemarahan, ada kekecewaan, dan di balik itu semua ada keprihatinan atas kondisi petani kecil yang selama ini terpinggirkan.
Salah satu peserta aksi menyuarakan keresahannya, “Negara merugi, rakyat menderita, tapi hukum seperti tertidur. Ini bukan hanya soal Rahmad Pribadi, ini tentang bagaimana negara memperlakukan petaninya sendiri.”
Mahasiswa menganggap Rahmad sebagai simbol dari elit yang nyaman di menara kekuasaan, sementara kebijakannya membawa efek domino bagi rakyat kecil. Mereka menuntut agar Kejaksaan Agung tidak menutup mata dan segera mengambil langkah konkret.
Aksi mulai mereda menjelang sore hari setelah perwakilan Kejaksaan Agung memberikan penjelasan terkait perkembangan laporan yang disampaikan. Meski massa membubarkan diri dengan tertib, mereka berjanji akan kembali jika tuntutan mereka tidak ditindaklanjuti.