Oleh: Saiq Khayran (Ketua PK. PMII Universitas Nurul Jadid Probolinggo)
Jatim Aktual, Pendidikan. Akhir-akhir ini organisasi kehilangan peminatnya, entah karena zamannya sudah berbeda atau organisasi sudah tidak lagi bermakna di mata mahasiswa. Padahal banyak hal yang akan kita dapatkan saat bergelut di dalam organisasi; melatih skill, meningkatkan kualitas diri, belajar kepemimpinan dan mengembangkan kapasitas berfikir.
Organisasi bukan hanya sekadar wadah perkumpulan belaka, namun lebih dari pada itu, ruang untuk menanam, merawat dan memanen potensi diri kita. Meski potensi kita berbeda-beda, minat dan tujuannya tidak sama, bukan berarti dari setiap individu tidak bisa menggapai impiannya.
ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT
Dalam dunia perkuliahan, organisasi seakan-akan sudah menjadi kewajiban yang harus digeluti. Mengapa demikian, sebab sebagai mahasiswa yang haus akan ilmu pengetahuan, organisasi menjadi lahan basa untuk menanam kualitas diri dari setiap individu. Dengan cara berorganisasi yang baik, maka kita dapat memetik hasil-hasil yang telah ditanam selama berproses.
Akan tetapi banyak mahasiswa sekarang abai terhadap organisasi. Menganggap organisasi hanya suatu perkumpulan yang tidak ada gunanya, nongkrong sana sini tidak mendapatkan apa-apa, dan sering melakukan gerakan-gerakan yang tidak jelas arahnya. Padahal tanpa mereka ketahui, bahwa setiap langkah yang dilakukan tidak lain hanya untuk memperjuangkan dirinya dan lingkungan di sekitarnya.
Organisasi memang tidak seratus persen menjamin kita menjadi orang yang sukses. Akan tetapi, organisasi memberikan peluang bagi kita untuk belajar lebih banyak tentang berbagai hal agar dapat mencapai kesuksesan.
Tidak sedikit orang sukses menjejaki kariernya di organisasi. Seperti Soekarno, Moh. Hattah, Sultan Syahrir, Abdurrahman Wahid, B.J Habibie, yang merupakan tokoh-tokoh Republik Indonesia, sukses mendirikan dan menegakkan negara Indonesia melalui organisasi-organisasi yang ada. Tak hanya itu, KH. Hasyim Asy’ari, KHR. As’ad Syamsul Arifin, KH. Zaini Mun’im yang merupakan publik figur agama Islam, juga menyadari begitu pentingnya organisasi dalam proses berlangsungnya hidup manusia di masa kini hingga masa depan.
Kesadaran Berorganisasi sebagai Alat Perjuangan Mahasiswanya
Organisasi tidak hanya relevan pada zaman dahulu, di mana para tokoh-tokoh nasional mempergunakannya sebagai kendaraan untuk memperbaiki kehidupan bernegara. Namun, pada konteks sekarang pun, organisasi masih memiliki relevansi yang cukup banyak. Seperti membantu kegiatan-kegiatan masyarakat, memberikan edukasi yang positif, mengontrol kebijakan-kebijakan pemerintah, dan lain sebagainya.
Itulah sebabnya, kenapa pengasuh Ponpes Nurul Jadid, KH. Zaini Mun’im saat merumuskan “Panca Kesadaran Santri” sebagai pijakan berdzikir, berfikir dan beramal sholeh menyebutkan “Kesadaran Berorganisasi” sebagai salah satu pijakan. Beliau sangat menyadari, bahwa sepuluh, dua puluh atau bahkan seratus tahun kedepan, manusia akan dihadapkan dengan berbagai persoalan yang kompleks. Sehingga jika tidak ditopang dan disatukan di dalam organisasi, maka masyarakat, santri dan mahasiswa akan kehilangan jati dirinya.
Kesadaran Berorganisasi dalam Panca Kesadaran santri, tidak hanya sekadar menjadi pajangan dinding-dinding pesantren. KH. Zaini merumuskannya sebagai alat perjuangan para santri dan mahasiswa. Sebab, untuk memecahkan persoalan sosial, politik, budaya dan ekonomi masyarakat dalam kehidupan sehari-hari, harus dikendarai melalui organisasi.
Sebagaimana salah satu dawuh KH. Zaini, bahwa “Orang yang hidup di Indonesia, kemudian tidak melakukan perjuangan, maka ia telah berbuat maksiat”. Dawuh tersebut memantik kita untuk terus melakukan perjuangan dan memberikan kebermanfaatan terhadap masyarakat Indonesia.
Maka dari itu, dengan cara meningkatkan kualitas dan keterampilan diri, memberikan edukasi-edukasi positif, ikut berpartisipasi memikirkan kondisi masyarakat, dan terlibat langsung dalam memperjuangkan kemerdekaan Indonesia, merupakan amanah yang KH. Zaini berikan kepada santri dan mahasiswa.
Sebagai mahasiswa Universitas Nurul Jadid, sudah seyogianya untuk terus semangat dan berkiprah di dalam organisasi. Tidak harus terlibat langsung dalam agenda-agenda gerakan dan demontrasi, tapi mempersiapkan bekal melalui proses pembelajaran, melatih potensi diri dengan tekun, dan membina mahasiswa-mahasiswi yang lainnya, merupakan perjuangan yang harus dilakukan di dalam organisasi, dengan tujuan mempersiapkan dirinya dan lingkungannya untuk menghadapi masa yang akan datang.
Penulis : Saiq Khayran