Jatim Aktual, Bondowoso, 21 Mei 2025 — Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Habsi IAI At-Taqwa Bondowoso kembali menggelar latihan rutin dan mahalul qiyam pada Rabu sore ini, sebagaimana menjadi agenda mingguan yang penuh semangat dan kekhusyukan. Kegiatan ini tetap berlangsung dengan penuh antusiasme meskipun Ketua UKM Habsi berhalangan hadir karena udzur syar’i.
Koordinasi latihan kali ini dipimpin oleh M. Fadilul Umam, mahasiswa semester 6 dari Program Studi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah (PGMI) yang juga menjabat sebagai Wakil Ketua UKM. Dalam sambutannya, ia menyampaikan apresiasi atas semangat para anggota yang terus menjaga komitmen dalam melestarikan seni hadrah dan nilai-nilai keislaman.
“Meski kita hanya segelintir mahasiswa, semangat untuk menjaga tradisi keagamaan harus tetap kita rawat. Ini bukan sekadar latihan, tapi bagian dari perjuangan budaya dan spiritual kita sebagai santri intelektual,” ungkap Fadilul Umam.
ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT
Usai latihan, kegiatan dilanjutkan dengan diskusi ringan dan tidak formal mengenai sejarah masuknya Hadrah ke Indonesia. Rifky Gimnastiar mengawali pembahasan dengan menyinggung akar sejarah Hadrah yang berawal dari sambutan hangat Kaum Anshar kepada Kaum Muhajirin di Madinah saat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam hijrah dari Makkah.
Ia juga menyebut peran penting Habib Ali bin Muhammad bin Husein Al-Habsyi sebagai tokoh ‘alim dari Yaman yang memperkenalkan Hadrah ke Nusantara. Hadrah, dalam konteks tarekat dan sufisme, merupakan ritual kolektif yang kaya makna.
“Kita memang belum layak disebut sufi,” ujar salah satu peserta diskusi, “namun paling tidak, kita sedang berusaha menapak jalan spiritual tanpa merasa suci sendiri. Jangan sampai mencela orang yang dianggap kotor, karena bisa jadi mereka lebih dekat kepada Allah daripada kita. Hehe. Ini juga sebagai pesan moral bagi saudara-saudara Wahabiyyun—semoga Allah memberi mereka hidayah. Allahu yahdīk!”
Diskusi ditutup dengan pernyataan M. Fadilul Umam yang menegaskan pentingnya peran mahasiswa Ahlussunnah wal Jama’ah dalam menjaga budaya Nahdliyyin.
“Sebagai mahasiswa IAI At-Taqwa yang berhaluan Aswaja, bila kita sendiri tidak menegakkan budaya Nahdliyyin, bagaimana nasib tradisi dan ajaran kita ke depan?” tutupnya penuh refleksi.
Kegiatan ini menjadi bukti bahwa UKM Habsyi bukan hanya wadah seni, tapi juga ruang kaderisasi kultural dan ideologis bagi generasi muda Islam yang berakar kuat pada tradisi.