Oleh : Rifky Gimnastiar
(Alumni Pondok Pesantren Salafiyah-Syafi’iyah Sukorejo, Situbondo, Jawa Timur)
Jatim Aktual, Religi. Tujuh puluh tahun telah genap dalam hitungan waktu, namun hakikat usia tidak pernah mampu mengukur keluasan ilmu, kedalaman hikmah, dan ketinggian suri tauladan seorang alim rabbani. Di usia ke-70 ini, kami sebagai murid menundukkan kepala penuh hormat dan cinta, menyampaikan rasa syukur atas karunia Allah yang menghadirkan sosok Dr. (Hc). KH. Afifuddin Bin Muhajir, M.Ag, Beliau merupakan Wakil Pengasuh Pondok Pesantren Salafiyah-Syafiiyah Sukorejo, Situbondo dan Wakil Rais ‘Aam Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU).
ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT
Beliau bukan sekadar ulama dalam pengertian teks, melainkan al-faqih al-muhaqqiq, sosok yang telah menapaki jalan panjang keilmuan dengan kesungguhan, kedalaman, dan keistiqamahan. Di usia sepuh, di mana banyak yang memilih diam dan istirahat, beliau justru tetap menyala menjadi suluh yang tak padam. Semangat mengajarnya tak pernah surut. Rutin beliau melaksanakan pengajian: ba’da Isya’ di Musholla Ibrahimy Asrama Pusat Pondok Pesantren Salafiyah-Syafi’iyah Sukorejo, beliau mengasuh halaqah ilmu di Ma’had Aly dan Universitas Ibrahimy pun beliau masih aktif menyampaikan pelajaran dengan keluasan dan kejernihan ilmu yang khas. Semua itu beliau jalani dengan kelapangan hati, seolah usia tak pernah menjadi halangan bagi seorang alim yang jiwanya terikat pada ilmu dan pengabdian.
Karya-karya kitab beliau Fathul Mujib Qorib dan Tafsir Al-Wushul ila ‘Ilm Al-Ushul bukan hanya merupakan sumbangsih ilmiah, tetapi sekaligus jejak spiritual yang mencerminkan kedalaman ilmu ushul beliau. Kitab-kitab tersebut telah menjadi pelita bagi kami, santri-santri yang menggali makna dalam setiap huruf, merenungi hakikat dalam setiap penjelasan, dan menemukan ruh Islam yang hidup dalam karya beliau.
Bersama beliau, kami belajar bukan hanya tentang kaidah dan qawa’id, tapi juga tentang keikhlasan, tawadhu’, dan laku hidup seorang alim yang menjadikan ilmunya sebagai ladang pengabdian. Dalam setiap dawuhnya, kami temukan mutiara. Dalam setiap diamnya, kami rasakan kewibawaan. Dalam setiap langkahnya, terbit teladan.
“Jadilah orang yang bisa merasa bukan merasa bisa” ~Dr. (Hc). KH. Afifuddin bin Muhajir, M.Ag
Maka pada momentum milad ini, tiada harap lain yang lebih utama kecuali memohon kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala agar senantiasa menganugerahkan kekekuatan dan Kesehatan beliau dalam menjalani aktifitas sehari-hari. Sebab dalam hidup beliau, kami menemukan arah. Dalam ilmu beliau, kami mengenal kebenaran. Dan dalam keberadaan beliau, kami merasakan kasih Tuhan yang terwujud lewat hadirnya para wali-Nya di muka bumi.
Barakallahu fi umrik, Kiai…