Oleh : Miftahul Jannah
(Pengurus KOPRI PMII Rayon Averroes Bidang Keagamaan)
Artikel ini ditulis untuk memperingati Hari Kebangkitan Nasional 20 Mei !
ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT
Jatim Aktual. Artikel. Kebangkitan nasional tercetus pertama kali pada tahun 1908. Bertujuan untuk melepas bangsa dari belenggu penjajahan. Seluruh elemen Nusantara sepakat untuk menjadi satu dalam memperjuangkan kebebasan yang redup di bawah bayang-bayang penindasan.
Istilah dan konsep kebangkitan nasional lahir dari para pendiri negara dan tokoh-tokoh pergerakan yang terlibat langsung dalam perjuangan kemerdekaan. bukan hanya sekedar hasil karya dari penyair, tulisan sastra dari penulis, maupun catatan sejarah dari sejarawan.
Kebangkitan nasional bukan hanya bermakna atau berfokus pada momentum 1908, tetapi setiap momen ketika bangsa ini berhasil melahirkan perubahan besar. Bangsa Indonesia tak hanya bangkit satu kali, setiap era memiliki masa kebangkitannya sendiri.
Setiap momen kebangkitan nasional selalu ditandai dengan lahirnya perubahan besar yang muncul dari kesadaran, semangat dan pemikiran bangsa.
Tak jarang Pemuda lah yang menjadi penggerak utamanya. Pemuda merupakan bagian penting dalam masyarakat dan peranan strategis dalam membentuk masa depan negara. Sejarah mencatat, bahwa perubahan besar dalam sejumlah negara banyak diantaranya digerakkan oleh kaum muda.
Pemuda sebagai Agents of Change yang memegang peran kunci dalam menjaga keberlangsungan bangsa. Dengan kreativitas dan semangat juang yang tinggi, mereka mampu membawa ide-ide dan solusi inovatif untuk menghadapi berbagai tantangan zaman.
Pemuda kerap menjadi garda terdepan dalam setiap sejarah penting bangsa. Dimulai dengan pendirian Budi Utomo, sebagai pondasi kesadaran kebangsaan, pencetusan Sumpah Pemuda, penggerak percepatan peristiwa proklamasi serta reformasi 1998.
Hingga kini, pemuda terus memperjuangkan perubahan, menyuarakan keadilan, membangkitkan semangat literasi serta perjuangan hebat lainnya.
Setiap zaman memiliki era kebangkitannya sendiri. Kini, giliran kita. Inilah era di mana kita tak hanya menjadi saksi, tapi penggerak sejarah.
Referensi:
- Latief, J. A., & Tuhuteru, L. (2024). Manusia, filsafat, dan sejarah. Bumi Aksara.
- Tuhuteru, L. (2022). Pendidikan Pancasila di perguruan tinggi. CV. Azka Pustaka.
- Toer, P. A., Toer, K. S., & Kamil, E. (2003). Kronik revolusi Indonesia: Jilid IV (1948) (Cet. 1). Kepustakaan Populer Gramedia.
- Iqbal, M. (2023). Diskusi Kebangsaan: Aktualisasi Peran Pemuda Dalam Mewujudkan Demokrasi. Sejahtera: Jurnal Inspirasi Mengabdi Untuk Negeri, 2(3), 112–119. https://doi.org/10.58192/sejahtera.v2i3.1078