Empat Pilar Kepemimpinan Abadi: Meramu Sabar, Tegas, Cerdik, dan Ilmiah dari Khulafaur Rasyidin untuk Pemimpin Organisasi Masa Kini

Rifky Gimnastiar

Minggu, 18 Mei 2025 - 11:47

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Oleh : Rifky Gimnastiar*

(Ketua PMII Rayon Averroes Komisariat RBA IAI At-Taqwa Bondowoso 2024/2025)

Jatim Aktual, Essai. Di tengah derasnya teori kepemimpinan modern, dari gaya-gaya kepemimpinan ala Harvard sampai video motivasi di TikTok yang lebih banyak gaya daripada substansi, kita sering lupa bahwa model kepemimpinan paling abadi justru datang dari zaman yang jauh lebih sederhana namun jauh lebih bermakna, Masa Khulafaur Rasyidin. Mereka adalah Abu Bakar Ash-Shiddiq, Umar bin Khattab, Utsman bin Affan, dan Ali bin Abi Thalib. Bukan sekadar pemimpin politik, mereka adalah penuntun spiritual, pengelola krisis, dan guru dalam kepemimpinan yang sejati.

ADVERTISEMENT

ads

SCROLL TO RESUME CONTENT

Dalam dinamika organisasi hari ini, baik organisasi mahasiswa, komunitas sosial, ataupun lembaga pelayanan publik, empat karakter kepemimpinan ini layak dijadikan pilar utama. Mereka bukan hanya legenda, tetapi juga lensa untuk melihat bagaimana seorang pemimpin bisa menavigasi konflik, membangun tim, dan tetap waras dalam hiruk-pikuk dinamika internal.

1. Abu Bakar Ash-Shiddiq: Keteguhan dalam Kesabaran

Saat umat dilanda kebingungan pasca wafatnya Rasulullah SAW, Abu Bakar berdiri dengan sabar namun tak goyah. Keteguhannya mempersatukan umat dan melawan kemurtadan bukan muncul dari suara keras, tetapi dari hati yang kukuh. Ia tahu kapan harus lembut, kapan harus tegas, tanpa kehilangan kehangatan jiwa.

Kesabaran Abu Bakar adalah teladan bagi para pemimpin organisasi masa kini, yang sering kali diuji bukan oleh krisis nasional, tapi oleh rapat molor, anggaran kas bon yang tidak jelas, atau konflik antaranggota yang seperti sinetron bersambung. Dalam situasi seperti itu, pemimpin yang sabar bukan berarti lemah, tapi justru kuat karena tidak reaktif. Ia mampu menjaga arah kapal saat gelombang datang dari segala penjuru.

“Lemah lembut adalah penghias kekuatan.” ~Abu Bakar Ash-Shiddiq

2. Umar bin Khattab: Ketegasan yang Adil dan Visioner

BACA JUGA :  Hari Otonomi Daerah, Pemkab Pamekasan Gelar Upacara Didepan Kantor Bupati

Jika Abu Bakar adalah lambang keteguhan lembut, maka Umar bin Khattab adalah sosok yang keras dalam prinsip, namun adil dalam pelaksanaan. Ia tak pernah segan menerima kritik, bahkan dari rakyat jelata. Keputusannya cepat, tajam, dan penuh perhitungan jangka panjang.

Dalam organisasi, pemimpin seperti Umar dibutuhkan untuk menjaga ketertiban dan memastikan misi tetap pada relnya. Tegas bukan berarti kasar. Tegas berarti berani mengambil keputusan yang mungkin tidak populer, seperti merombak struktur tim, memotong program yang tidak efektif, atau menghadapi anggota yang lebih suka drama ketimbang kerja.

Umar mengajarkan bahwa kepemimpinan tidak boleh terjebak pada popularitas. Pemimpin yang baik lebih memilih dikritik daripada diam saat kebenaran dipertaruhkan.

“Aku tidak peduli jika kebenaran berasal dari musuhku, dan kesalahan berasal dari temanku.” ~Umar bin Khattab

3. Utsman bin Affan: Kecerdikan Politik dan Kelembutan Jiwa

Utsman mungkin bukan pemimpin yang lantang, tapi kebijakannya menggemakan kecerdikan strategi yang luar biasa. Ia memimpin dengan diplomasi, ketenangan, dan pengelolaan administrasi yang tertib. Ia dikenal sebagai sosok yang tenang, namun tegas dalam keputusan penting seperti pembakuan mushaf Al-Qur’an.

Dalam organisasi, kelembutan seperti Utsman kadang dianggap lamban. Tapi justru dari kelembutan itulah muncul pemimpin yang disukai, bukan ditakuti. Ia tahu kapan harus bicara, dan lebih penting lagi, tahu kapan harus diam. Ia tidak menciptakan konflik, tetapi menyelesaikannya dengan pendekatan personal dan strategi jangka panjang.

BACA JUGA :  Bersama Wakil Ketua I DPRD Bondowoso F-PPP, Mahasiswa PMII Bondowoso Gelar Tahlil Bersama

Dalam dunia organisasi yang sering ribut karena ego, pemimpin seperti Utsman mengajarkan pentingnya menjaga harmoni, tidak reaktif, dan tetap memikirkan keseimbangan kepentingan.

“Diam lebih baik daripada berkata yang sia-sia, dan bicara lebih baik daripada diam jika itu mendamaikan.” ~Utsman bin Affan

4. Ali bin Abi Thalib: Keluasan Ilmu, Kedalaman Hati

Ali bin Abi Thalib dikenal sebagai samudra ilmu. Dalam kondisi penuh fitnah dan perpecahan, ia menjawab tantangan bukan dengan emosionalitas, tetapi dengan hikmah, logika, dan kecerdasan argumentatif. Ia menguasai ilmu, tetapi juga bijak dalam menyampaikannya.

Kepemimpinan dalam organisasi hari ini sering kekurangan elemen ini: nalar. Banyak keputusan dibuat karena tekanan, bukan karena pertimbangan rasional. Ali mengajarkan bahwa pemimpin yang benar adalah yang punya dasar ilmu, bisa membedakan kritik membangun dari nyinyiran, dan mampu menjelaskan arah organisasi bukan hanya dengan jargon, tetapi dengan akal dan hati.

 “Nilai seseorang sesuai dengan apa yang ia ketahui.” ~Ali bin Abi Thalib

Empat Sosok, Satu Kesatuan Kepemimpinan

Jika empat karakter ini digabungkan, maka terbentuklah satu paket kepemimpinan ideal:

  • Abu Bakar sebagai pemimpin yang sabar namun teguh.
  • Umar sebagai pemimpin yang tegas dan adil.
  • Utsman sebagai pemimpin yang lembut namun strategis.
  • Ali sebagai pemimpin yang cerdas dan reflektif.
BACA JUGA :  Sambut Kedatangan Sekertaris Jendral Sekber IPJT, Ketua IPJT Kebumen Mendapat Wejangan

Tidak ada pemimpin yang sempurna. Tapi dalam setiap diri kita yang memimpin, selalu ada ruang untuk belajar menjadi satu bagian dari mereka. Dalam rapat organisasi, dalam menyusun program kerja, dalam menghadapi konflik internal, atau dalam membuat keputusan yang sulit—bertanya pada hati, “Dalam situasi ini, siapa yang seharusnya jadi teladan kita?”.

Warisan Kepemimpinan untuk Masa Kini

Khulafaur Rasyidin bukan sekadar sejarah yang kita hafal, tapi mereka adalah cetak biru kepemimpinan yang kontekstual sepanjang zaman. Dunia boleh berubah, teknologi boleh berkembang, tapi nilai-nilai dasar seperti sabar, tegas, cerdik, dan ilmiah akan tetap relevan di zaman apapun, termasuk era organisasi penuh deadline, proposal, dan drama internal ini.

Maka jika kita ingin menjadi pemimpin yang tidak hanya disegani, tetapi juga dicintai dan dikenang, belajarlah dari Abu Bakar, Umar, Utsman, dan Ali. Karena dari mereka kita belajar satu hal yang penting:

Kepemimpinan bukan soal gaya bicara atau jumlah audiens tetapi soal kekuatan jiwa dan kebijaksanaan dalam mengambil langkah.

Mari memimpin bukan dengan sorak, tapi dengan akhlak. Mari memimpin bukan dengan kuasa, tapi dengan rasa. Karena pemimpin yang baik bukan yang meninggalkan nama, tapi yang meninggalkan teladan. Al-Hayah Al-Harakah—Hidup adalah Pergerakan !!!

 

(*): Juga Merupakan Mahasiswa Aktif IAI At-Taqwa Bondowoso Prodi Pendidikan Agama Islam (PAI), Ia juga merupakan Alumni Pondok Pesantren Salafiyah-Syafi’iyah Sukorejo Situbondo,Santri Aktifis Ikatan Santri Alumni Salafiyah-Syafi’iyah (IKSASS). Aktif diberbagai organisasi basis pendidikan, seni budaya, sosial ekonomi hingga olahraga bela diri.

Follow WhatsApp Channel jatimaktual.com untuk update berita terbaru setiap hari Follow

Berita Terkait

Benarkah Dunia Sedang Diujung Tanduk ?
Takhtim As-Sanah Ad-Dirosiah MI At-Taqwa Bondowoso: 290 Wisudawan Angkatan XXVI Tahun Ajaran 2024/2025 Diwisuda Khidmat di AIC
Mahasiswa Prodi MPI IAI At-Taqwa Lulus Tugas Akhir Melalui Karya Buku Tokoh Inspiratif: KH. Moh. Soebahar, Potret Sang Pendidik Umat
Pos Haumeniana Laksanakan Kegiatan Kesehatan Keliling dan Anjangsana ke Warga Dusun Sub Oeolo
Mengangkat Kualitas Lokal ke Level Global, Arinna Premium Hijab Rilis Koleksi Terbaru yang Memikat Hati Muslimah
Investasi dan Pendanaan dalam Wirausaha: Pesan Rektor IAI At-Taqwa Untuk Kader PMII Bondowoso
Dari Ladang ke Legal: Perjuangan Petani Tembakau Bersama Pengusaha Lokal dan Bea Cukai
Hj. Anisatul Hamidah Dorong KOPRI PMII Bondowoso Wujudkan Kewirausahaan Nyata Berbasis Kader

Berita Terkait

Minggu, 22 Juni 2025 - 15:51

Benarkah Dunia Sedang Diujung Tanduk ?

Minggu, 22 Juni 2025 - 13:38

Takhtim As-Sanah Ad-Dirosiah MI At-Taqwa Bondowoso: 290 Wisudawan Angkatan XXVI Tahun Ajaran 2024/2025 Diwisuda Khidmat di AIC

Sabtu, 21 Juni 2025 - 20:00

Pos Haumeniana Laksanakan Kegiatan Kesehatan Keliling dan Anjangsana ke Warga Dusun Sub Oeolo

Sabtu, 21 Juni 2025 - 13:29

Mengangkat Kualitas Lokal ke Level Global, Arinna Premium Hijab Rilis Koleksi Terbaru yang Memikat Hati Muslimah

Jumat, 20 Juni 2025 - 21:29

Investasi dan Pendanaan dalam Wirausaha: Pesan Rektor IAI At-Taqwa Untuk Kader PMII Bondowoso

Berita Terbaru

Karya Tulis

Benarkah Dunia Sedang Diujung Tanduk ?

Minggu, 22 Jun 2025 - 15:51