Berbagai upaya tengah dilakukan oleh PEBITALEKARA Grup dalam mencatatkan sejarah baru dalam budidaya Lobster. PEBITALEKARA mencoba gebrakan besar di bidang akuakultur yang berlokasi di Situbondo, Jawa Timur, hatchery modern ini digagas oleh pengusaha muda nasional HRM. Khalilur R. Abdullah Sahlawiy, yang juga merupakan pendiri BALAD Grup.
“Perlu dicatat, hingga saat ini belum ada satu negara, satu institusi, atau satu lembaga penelitian pun di dunia yang berhasil memijahkan lobster. Semoga PEBITALEKARA menjadi yang pertama, Bismillah,” ungkap Khalilur dengan penuh optimisme.
Unit hatchery ini memiliki misi besar menjadi yang pertama di dunia yang berhasil memijahkan lobster secara utuh dan berkelanjutan. Sebuah tantangan yang hingga kini belum berhasil ditaklukkan oleh negara atau lembaga riset mana pun.
PEBITALEKARA Grup menggunakan pendekatan riset terapan dengan tenaga kerja profesional dan berpengalaman untuk menangani proses pemijahan lobster, yang dikenal sangat rumit. Berikut tahapan biologis stadia larva lobster yang dipantau ketat oleh tim teknis:
1. Naupliosoma: 1–3 hari
2. Protozoea: 3–5 hari (akumulasi 4–8 hari)
3. Zoea: 5–7 hari (akumulasi 9–15 hari)
4. Mysis: 7–10 hari (akumulasi 16–25 hari)
5. Puerulus: 10–14 hari (akumulasi 26–39 hari)
6. Juvenil: 14 hari ke atas (mulai hari ke-40)
Untuk mencapai ukuran BBL (Benih Besar Lobster) sekitar 5–7 cm, dibutuhkan waktu pemeliharaan sekitar 6 hingga 7 bulan sejak stadia naupliosoma.
Setelah memasuki fase juvenil, lobster akan terus berkembang menjadi sub-dewasa dalam waktu 6–12 bulan, dan mencapai fase dewasa dalam kurun waktu 1 hingga 3 tahun.
Sebagai bagian dari strategi pemijahan berbasis lingkungan alami, PEBITALEKARA Grup akan mengirimkan naupliosoma ke keramba-keramba pemijahan yang tersebar di beberapa teluk di Gugusan Teluk Kangean. Kawasan ini dipilih karena memiliki sumber pakan alami laut yang sangat melimpah, mendukung pertumbuhan larva lobster secara optimal.
Pada tahap awal uji coba, sebanyak 2.500.000 naupliosoma akan dikirimkan pada Minggu (27 April 2025) ke lokasi-lokasi budidaya yang dikelola oleh Bandar Laut Dunia Grup (BALAD Grup) di Kangean, Sumenep, Madura. Selanjutnya, jutaan naupliosoma akan dikirimkan secara rutin setiap dua minggu sekali sebagai bagian dari skema budidaya berkelanjutan yang menggabungkan teknologi hatchery dan kekayaan hayati laut Nusantara.
Gus Lilur panggilan akrabnya menekankan bahwa proyek ini bukan semata bisnis, tetapi bagian dari visi besar untuk menjadikan Indonesia sebagai pemimpin global dalam akuakultur berbasis teknologi dan ekologi.
“Bismillah, kami memulai langkah besar ini dari Situbondo. Semoga ini menjadi awal sejarah baru bagi perikanan Indonesia,” pungkasnya.
Jika berhasil, PEBITALEKARA tak hanya mengharumkan nama Indonesia di panggung dunia, tetapi juga berpotensi mengubah peta industri lobster global secara revolusioner.