Karya Tulis

Intrik Politik Strategi dan Taktik Takluknya Patih Kebo Iwa Ditangan Mahapatih Gadjah Mada

Rifky Gimnastiar
×

Intrik Politik Strategi dan Taktik Takluknya Patih Kebo Iwa Ditangan Mahapatih Gadjah Mada

Sebarkan artikel ini

Oleh : Arik Irawan (Ketua PK PMII Universitas Bondowoso)

Jatim Aktual, Karya Tulis. Indonesia pernah memiliki batas wilayah yang sangat luas meliputi beberapa negara di Asia Tenggara saat ini yakni Singapura, Malaysia dan Brunei Darussalam, ketika masih berwajah Kerajaan kuno bernama Majapahit, tepatnya pada tahun 1350-1389 di bawah kepemimpinan Raja Hayam Wuruk dan Mahapatih Gadjah Mada. Sang Patih yang hadir dengan Sumpah Pallapa dimana bertujuan untuk menyatukan Nusantara.

Namun hal tersebut dapat dicapai tatkala semua Kerajaan-Kerajaann yang ada di Nusantara pada waktu itu dapat di taklukan, perang untuk memperebutkan wilayah kekuasaan serta ekspedisi dimana upaya bernegosiasi yang dibungkus dalam bentuk pernikahan antar keluarga kerajaan menjadi salah satu strategi dalam memperluas wilayah Kerajaan Majapahit.

Tak lepas dari sebuah peristiwa bersejarah, dimana salah satu kerajaan yang juga memiliki Patih hebat bernama Kebo Iwa dari Kerajaan Bedahulu (Bali) menjadi incaran Majapahit demi menyatukan Nusantara. Sebuah siasat digunakan untuk menaklukkan seorang Ksatria pilih tanding menjadi ciri khas dalam cerita tersebut yang kerap kali dipertontonkan demi mengenang kehebatan dan pengorbanannya kala itu. Bagaimana tidak, karena dalam tutur cerita rakyat yang beredar, Patih Kebo Iwa diundang untuk mewakili Sang Raja menghadiri sebuah jamuan di Majapahit. Dalam kehadirannya Patih Kebo Iwa di minta untuk menggali sumur yang begitu dalam, namun ketika Sang Patih masih sedang menggali sumur, para prajurit Majapahit yang dipimpin oleh Mahapatih Gadjah Mada menimbun hidup-hidup Patih Kebo Iwa dengan bebatuan, akan tetapi karena kehebatannya, Sang Patih bisa selamat. Karena merasa sudah ditipu dan dikhianati, pertempuran antara pasukan Kerajaan Bedahulu (Bali) dan Kerajaan Majapahit (Jawa) tidak dapat terelakkan, dimana juga terjadi pertarungan sengit antara Patih Kebo Iwa dan Mahapatih Gadjah Mada. Disela-sela pertempuran dua Ksatria tersebut, Sang Mahapatih Gadjah Mada mengatakan bahwa ia memiliki visi dan misi besar tentang menyatukan Nusantara dan manakhlukan Bali adalah salah satu syarat agar tercapainya hal tersebut, mendengar ucapan Sang Mahapatih, seorang Patih Kebo Iwa mulai memahami jika kematiannya adalah bentuk pengorbanan demi tercapainya cita-cita besar tersebut. Maka dari itu Sang Patih Kebo Iwa tak segan memberitahukan kelemahannya yakni ia akan tumbang tatkala terkena kapur sirih.

Ditaklukkannya Patih Kebo Iwa menjadi awal baru dimana Kerajaan Bedahulu (Bali) akan menjadi daerah kekuasaan Kerajaan Majapahit.

Menyerap apa yang menjadi peristiwa bersejarah tersebut, menjadi bukti bahwa tercapainya suatu hal besar harus juga didominasi dengan pengorbanan yang sangat mahal dan jika ditinjau dari kacamata perpolitikan, apa yang dilakukan oleh Kerajaan Majapahit di bawah komando Mahapatih Gadjah Mada atas Patih Kebo Iwa dan Kerajaan Bedahulu (Bali) menjadi hal yang biasa, karena pepatah mengatakan “Semua cara dalam politik Halal, yang Haram cuma satu yakni Kalah”.