Jatim Aktual, Opini – Ada pepatah mengatakan, hidup diibaratkan seperti cerita perwayangan, dimana manusia disamakan seperti wayang yang dimainkan seorang dalang. Sebagai wayang hanya bisa mengikuti alur yang sudah didesain sedemikian rupa oleh dalangnya. Jalan ceritanya yang diberikan bisa berbentuk menghibur bahkan menyedihkan. Peranan apa yang dimainkan oleh dalang, tokoh wayang hanya bisa menerima dan menjalankannya.
Kehidupan manusia sering dipersamakan dengan kehidupan perwayangan. Manusia di setiap menjalankan hidupnya tidak keluar dari alur atau jalan yang diberikan oleh Allah Swt. Baik itu yang diberikan bisa berupa jalan mulus ataupun jalan terjal.
Manusia tidak bisa mengeluh bahkan menolak apa yang telah ditetapkan. Qadarullah atau takdir yang sudah ditetapkan oleh Allah Swt, yang mana ini tidak dapat diubah dan diminta untuk diubah oleh manusia sendiri. Salah satunya adalah ajal kematian.
Walaupun hidup sudah ada yang mengatur, manusia tetap diberikan keleluasaan untuk memilah dan memilih hidup seperti apa yang di inginkannya.
Manusia masih diberi keleluasaan dalam menentukan jalan hidupnya seperti apa. Apa yang di inginkan akan mudah didapatkan apalagi hanya masalah kebahagiaan. Tentu itu adalah hal yang sangat mudah bagi yang kuasa dalam memberikannya. Hanya dengan doa, ikhtiar, dan usaha yang bisa dijalankan oleh manusia, selebihnya hanya Allah yang menentukan.
Tetapi masalah mengenai perihal kebahagiaan manusia masih tetap saja salah dalam mempersepsikan sampai sekarang. Terkadang saat manusia mendapatkan suatu keberhasilan atau berada pada kondisi yang baik, maka dia akan merasa begitu bahagia dan membanggakan jalan takdir. Sebaliknya, apabila yang didapatkan adalah sebuah kegagalan atau kondisi keterpurukan, maka seringkali manusia akan begitu kecewa dan menyalahkan takdir yang telah ditetapkan.
Seraya mempertanyakan mengapa takdir tidak sesuai dengan apa yang diinginkan?
Sebagaimana yang telah dijelaskan dalam Al- Qur’an surah Ar-Rad ayat 11 Allah Swt berfirman bahwa, “Nasib seseorang ditentukan sendiri oleh dirinya dan tidak ada yang bisa merubah nasib suatu kaum kecuali atas usaha dari kaum itu sendiri.”
Maka dari itu, hidup adalah sebuah pilihan, baik itu memilih jalan hidup yang penuh dengan kebahagiaan ataupun memilih jalan hidup yang malah berujung kesukaran. Bahagia tidaknya setiap jalan kehidupan yang dirasakan tergantung kembali pada manusia yang mengusahakannya.
Setiap orang yang menginginkan kebahagiaan pastinya akan memperjuangkannya dengan sungguh-sungguh dan penuh pengorbanan.
Hanya demi apa? mendapatkan kebahagiaan!
Sebenarnya apa sih kebahagiaan yang selama ini didamba-dambakan oleh manusia? Terkadang manusia masih beranggapan bahwa kebahagiaan hanya dapat dirasakan melalui berbagai aspek materialistik seperti, memiliki uang lebih, mobil mewah, rumah mewah, jabatan atau kedudukan yang tinggi, dan disegani oleh orang banyak.
Padahal bahagia tidak melulu mengacu pada hal demikian saja. Banyak cara lain yang bisa dicapai untuk memanggil makna kebahagiaan itu sendiri. Kebahagiaan sesungguhnya bisa datang dari bagaimana manusia bisa bersyukur dan bersabar dalam memaknai setiap jalan kehidupannya.
Hadirnya rasa syukur tidak lain dari sifat sabar yang selalu menyertainya. Setiap orang yang mau bersyukur atas apa yang diberikan dan mau bersabar atas yang diujikan, maka itu akan menghadirkan makna kebahagiaan dalam dirinya. Jika diuji mau bersabar, jika diberi mau bersyukur adalah sebuah kenikmatan dalam hidup.
Rasa syukur akan menghadirkan hati yang selalu menerima dan merasa cukup akan apapun yang diberikan, sehingga mengindarkan dari rasa tidak puas dan perasaan yang selalu kurang.
Rasa syukur akan meninggalkan angan-angan terhadap sesuatu yang terlihat tidak ada dengan merasa cukup atas sesuatu yang telah ada. Dan pastinya tidak akan merasa tergiur dengan bergelimpangnya harta kemewahan dunia. Hadirnya rasa syukur dan sabar akan membentuk pola hidup sederhana yang memberikan kemanfaatan di dalam setiap menjalani kehidupan.
Menerapkan hidup sederhana adalah jalan untuk menjauhkan diri dari bentuk pola hidup yang konsumtif. Yang mana perilaku dan gaya hidup individu yang senang berfoya-foya tanpa mempertimbangkan secara matang hanya demi memenuhi hawa nafsunya saja. Kesederhanaan dalam hidup akan mengantarkan pada kebahagiaan hidup. Seperti membiasakan untuk mengurangi konsumsi berlebihan, mengedepankan kebutuhan pokok, dan menekankan nilai-yang lebih dominan di setiap kepentingannya. Keinginan dan kebutuhan akan berjalan dengan seimbang jika hidup sederhana diterapkan.
Penulis opini disini mempersamakan antara kehidupan manusia dengan dunia perwayangan. Dimana setiap jalan hidup yang dijalankan oleh manusia tidak mungkin lepas dari skenario yang sudah ditetapkan Tuhan. Entah itu sebuah kebahagiaan ataupun malah keterpurukan. Demikian bukan berarti menyulitkan bagi kita sebagai manusia untuk bergerak meminta apa sebuah kebahagiaan. Manusia akan mudah mendapatkan arti kebahagiaan jika mau mencari dimana titik kebahagiaan itu.
Maka dari itu, bangunlah kesederhanaan, tetapi tetap nikmatilah apa yang didapatkan. Karena itu akan membawa kunci kebagiaan.
Mayda Yaffa Elsa Mahasiswa Pendidikan Bahasa Indonesia
Universitas KH. Mukhtar Syafaat Blokagung Banyuwangi