Jatim Aktual, Artikel – Mendengar berita viral, sontak menjadi bahan pembicaraan. Ada yang mendukung bahkan sampai memperkeruh keadaan dan ada juga yang memberikan kecaman, wajar saja banyak sekali hal-hal yang kurang logis untuk di pahami, seperti contoh berbagi kenyatan pahit yang mungkin terjadi atau tidak terjadi dalam hidup. Bisa saja hanya dengan kedipan mata hal tersebut dapat terselesaikan seolah-olah kehidupan berjalan dengan lancar tanpa di jumpai oleh permasalahan.
Hal -hal seperti ini haruslah disadari, dengan demikian akan ada kemungkinan kebijakan yang tidak bijaksana, kurang tegaknya keadilan, kurang professionalnya dalam menghadapi segala masalah dan lain sebagainya. Nantinya hal -hal itu juga yang harus kita ubah, tapi lain keadaannya jika kebijakan itu dipertahankan mati-matian dan di buat dengan segala upaya agar tampak bijaksana apapun alasannya,hal itu merupakan sesuatu yang akan merupakan pengambil kebijakan dalam jangka Panjang.
Dengan demikian kita sebagai warga negara yang Budiman harus benar-benar sadar,akan kebijakan demi kebijakan yang hanya bersifat formalitas saja. Dengan kebijakan -kebijakan yang ada, jelas tidak luput dari segala janji-janji. Janji yang terlihat sangat begitu menyakinkan akan tetapi melahirkan hal-hal yang kurang bijaksana dari janji-janji yang ada.
Janji sebagaimana dalam Al-Qur’an disebutkan tiga yang berbeda-beda dan menyesuaikan tingkatnya:Al-Wa’du sebagai tingkatan pertama Al-‘Ahdu berada ditingkat kedua,dan Al-Mitsaq yang menduduki tingkat tertinggi ,seperti saat Al Qur’an menyfati tali pernikahan dengan mitsaqon ghollidhzon (ikatan janji, yang sangat kuat dan sacral).
Menurut Prof.Dr Muhammad Quraish Shihab definisi janji sebagai berikut;’’Janji adalah ucapan yang menunjukkan kesanggupan untuk berbuat sesuatu’’.menurut beliau ‘’berbuat’’ disini mencakup dua hal bisa bermakna afirmasi,misalnya berjanji akan melakukan sesuatu dan negasi seperti berjanji tidak akan melakukannya.kira-kira kalian termasuk tim mana nih??Afirmasi atau negasi?!. Ya semoga saja kita sebagai umat islam dapat menduduki tim afirmasi,sehingga tidak menyebabkan janji-janji yang hanya dibuahi oleh kata-kata manis,namun tidak realistis.
Tak perlu jauh-jauh dan tak perlu serius dalam mengambil contoh.lihat saja dengan orang yang berada disekitar kita sebut saja sahabat,pada saat kita berjanji terhadap sahabat kita,tiba-tiba kita mengingkari janji tersebut dengan menyertakan alasan ini, itu dan lainnya. sangat jelas sekali mereka kecewa, mirisnya lagi mereka hanya mampu mengekspresikan kekecewaan itu dengan tangisan dalam hati.dengan demikian bermakna bahwasannya ingkar janji bukan hal sepele.sebab hal ini bukan hanya sekedar dari ucapan ,akan tetapi lebih dari itu.yakni kepercayaan,(karena orang di nilai dari ucapannya).
Maka dari itu,semua rasa dari diri kita yang kita miliki sangat perlu di perbaiki.Terutama bagi seorang calon pemimpin tentu janji-janji’’manis’’ sudah mulai diumbar.namun siapa sangka jika janji-janji tersebut justru bisa menjadi boomerang bagi dirinya sendiri. Hal itu terjadi Ketika calon tersebut tidak bisa merealisasikan janji tersebut kepada public khususnya masyarakat,untuk tidak mudah mengumbar janji.sebab,ingkar janji tidak hanya soal dosa,tapi juga soal tatanan kehidupan yang akan rusak dan di khawatirkan juga dapat runtuh tak tertolong. Bukankah perkembangan suatu lembaga sangat dipengaruhi oleh kepemimipinannya.Lantas bagaimanakah Ketika calon pemimpin yang memiliki hobby senang mengumbar janji-janji namun kenyataanya tidak sesuai realita ,bahkan sering kali juga tidak selaras.
Dalam sebuah Lembaga dimana kepemimpinan yang berlandasan nilai-nilai dan etika positif dapat selalu mengembangkan kemampuan untuk menghadapi tantangan apapun, bahkan dalam masa-masa sulit. Amanah,kekuasaan dan tangung jawab yang begitu besar dipikul seorang pemimpin cukup rentan disalah gunakan. Oleh sebab itu layaknya kita mengharapkan pemimpin yang professional, bertanggung jawab, menepati janji yang telah dipaparkan dan memperjuangkan aspirasi umat islam serta melenyapkan segala kerusakan yang bisa merugikan rakyat, negeri dan agama.
Kemudian apabila pemimpin itu sudah berusaha menetapi janjinya namun,tidak berhasil karena banyak faktor yang terjadi,seperti halnya berjanji mengurangi angka kemiskinan dan ternyata tidak selaras dengan untaiannya,karena banyak pemimpin yang saat memimpin mengalami Krisis ekonomi karena terlalu memikirkan dengan janji namun tidak bisa di tepati sehingga sulit mewujudkan semata mata hanya untuk dipilih dan bertujuan meraih simpati agar orang memilihnya.
Menghadapi janji seperti itu masyarakat semestinya sadar bahwa tidak seharusnya percaya akan janji tersebut. Artinya kita hanya bisa menunggu bukti dari janji tanpa bisa kepengadilan atas hak yang mereka untaikan sebagai janji,dilain pihak sebagai calon pemimpin harus berfikir seribu kali sebelum mengucap janji, karena hal seperti itu akan merugikan dirinya, dikerenakan kehilangan kepercayaan dari masyarakat!.
Dunia ini penuh dengan janji-janji Ketentraman hidup, sejak dahulu dibangun diatas kepercayaan satu sama lain dan bukankah kepercayaan itu tumbuh dari janji-janji yang di tepati? mari kita berbenah diri! Kita tidak akan mampu memberi nafas segar bagi dunia, bila sepirit nafas kita sendiri adalah keogoisan dan kebohongan.
Oleh:Alfi Chasanah