Yogyakarta, Sleman – Majelis Pemberdayaan Masyarakat (MPM) PP Muhammadiyah kembali di aktifkan, pengajian khusus inklusi yang diperuntukkan bagi kelompok difabel, pengajian ini sempat terhenti selama lebih 2 tahun akibat pandemi Covid-19.
Mewakili Ketua MPM PP Muhammadiyah, Adib Nurhadi selaku anggota MPM PP Muhammadiyah mengatakan pengajian khusus inklusi ini merupakan usaha menjaga nyala dan memperpanjang nafas pemberdayaan.
“Pengajian ini yang menggerakkan hampir semuanya adalah anak-anak muda yang tergabung sebagai Fasilitator MPM,” ucap Adib pada, 12/06/2022.
Acara pembukaan Pengajian khusus Inklusi di Gedung Moehammadijah Jl. KH. Ahmad Dahlan no 103 Yogyakarta.
Pengajian ini diharapkan bisa menyerap semangat yang dipelopori oleh pendahulu Muhammadiyah, Sebab gedung ini sebagai warisan eksistensi sejarah Muhammadiyah dalam berpihak kepada kelompok kaum lemah.
Kepada peserta pengajian yang mayoritas difabel tuna netra dan tuna runggu, Adib Nurhadi berpesan supaya tidak patah semangat dalam menuntut ilmu, lebih-lebih ilmu agama, seperti mengaji Al Qur’an braille sebagaimana yang selama ini berjalan didampingi Fasilitator MPM PP Muhammadiyah.
Sebelum dimulai pengajian yang disampaikan Ali Yusuf, Anggota Divisi Fatwa dan Pengembangan Tuntunan Majelis Tarjih PP Muhammadiyah, terlebih dahulu dilakukan proses serah terima Al Qur’an braille kepada perwakilan kelompok difabel tuna netra dan tuna runggu, program Ngaji Inklusi merupakan bentuk kerjasama antara MPM PP Muhammadiyah dengan LazisMu Pusat.
Ali Yusuf dalam paparannya menjelaskan materi tentang Al Qur’an sebagai pedoman hidup, sebagai muslim harus taat, Al Qur’an sebagai panduan hidup yang akan membawa keselamatan pelakunya di dunia dan di akhirat, Ali Yusuf menegaskan bahwa, Al Qur’an harus implementatif dalam kehidupan muslim.
“Bagaimana Al Qur’an itu dirasakan manfaatnya diantaranya adalah dengan membacanya, tapi tidak cukup sampai di situ saja, tapi juga harus dipahami,”paparnya
Huruf-huruf dalam ayat Al Qur’an yang dibaca akan menjadi penolong pembacanya di akhirat, Ali Yusuf memotivasi, bahwa dengan segala perbedaan kemampuan, tapi tidak boleh hilang semangat dalam mempelajari Al Qur’an.(Wulan)